TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar
1. Definisi
Limfoma Maligna (LM) adalah suatu keganasan yang terutama menyerang sistem kelenjar getah bening dan limpa. Kelenjar getah bening yang terkena membesar tanpa disertai rasa nyeri dan bersifat progressif. Kelainan ini lebih banyak ditemukan pada pria dibanding wanita (Neely,1989). LM merupakan proses proliperatif jaringan limporetikuler yang bersifat neoplastik dan menyerang stem cell, limfosit dalam berbagai tingkat defferensiasi.
2. Anatomi Fisiologi Sistem Saluran Limfe
sistem saluran limfe berhubungan erat dengan sistem sirkulasi darah. Darah meninggalkan jantung melalui arteri dan dikembalikan melalui vena, sebagian cairan yang meninggalkan sirkulasi dikembalikan melalui saluran limfe, yang merembes dalam ruang-ruang jaringan.
Susunan
Limfe mirip dengan plasma tetapi dengan kadar protein yang lebih kecil. Kelenjar-kelenjar limfe menambahkan limfosit pada limfe sehingga jumlah sel itu sangat besar dalam saluran limfe.
Fungsi :
a. Mengembalikan cairan dan protein dari jaringan kedalam sirkulasi darah.
b. Mengangkut limfosit dari kelenjar limfe ke sirkulasi darah
c. Untuk membawa lemak yang sudah dibuat emulsi dari usus kesirkulasi
darah.
d. Menyaring dan menghancurkan mikroorganisme untuk menghindarkan
organisme itu dari tempat masuknya ke dalam jaringan, ke bagian tubuh
lain.
e. Apabila ada infeksi kelenjar limfe menghasilkan zat anti (antibodi) untuk
melindungi tubuh terhadap kelanjutan infeksi.
3. Etiologi
Penyebab pasti belum diketahui, namun salah satu yang paling dicurigai adalah Virus Epstein Barr. Biasanya dimulai dari pada satu kelenjar getah bening dan menyebar ke sekitarnya perkontinutatum atau melalui sistem saluran kelenjar-kelenjar disekitarnya.
4. Patifisiologi
Limfoma dibedakan menurut jenis sel yang menyolok (limfosit melawan histiosit) yang terdapat dalam kelenjar limfe, serta penyebarannya. Sel-sel tersebut dapat tersebar dalam bentuk nodular atau difus. Sel-sel ini merusak arsitektur normal kelenjar limfe. Umumnya, prognosis yang lebih baik dihubungkan dengan distribusi nodular di mana terdapat limfosit yang menonjol. Untuk mengenali asal sel neoplastik baik sebagai limfosit B ataupun sebagai limfosit T, dilakukan pemeriksaan imunologi dan sitokimiawi.
Klasifikasi Limfoma Maligna
Ada dua macam LM yang perbedaannya didasarkan atas jalannya penyakit yaitu :
1. Limfoma Maligna Hodgkin (LMH)
a. Definisi
Adalah suatu jenis keganasan sistem kelenjar getah bening dengan gambaran histologi tertentu yang khas (adanya sel reed sternberg) atau variasinya yang disebut sel hodgkin dan gambaran selular getah bening yang khas). Angka kejadian yang didasarkan pada populasi di Indonesia belum ada. Namun telah diketahui bahwa penyakit ini lebih banyak menyerang laki-laki dari pada wanita.
b. Etiologi
Penyebab pasti belum diketahui, namun salah satu yang paling dicurigai adalah virus Epstein Barr. Biasanya dimulai pada satu kelenjar getah bening dan menyebar ke sekitarnya perkontinuitatum atau melalui sistem saluran kelenjar-kelenjar sekitarnya. Meskipun jarang, sesekali menyerang juga organ-organ ekstranodal seperti lambung, testis, dan tiroid.
c. Manifestasi Klinis
Gejala utama adalah pembesaran kelenjar. Yang tersering dan termudah di deteksi adalah pembesaran kelenjar daerah leher. Gejala-gejala selanjutnya tergantung pada lokasi penyakit dan organ-organ yang diserang. Pada jenis ganas dan pada penyakit yang telah dalam stadium lanjut, sering disertai dengan gejala-gejala sistemik, yaitu demam yang tidak jelas sebabnya, berkeringat malam, dan penurunan berat badan sebesar 10% selama 6 bulan. Kadang-kadang kelenjar terasa nyeri bila klien minum alkohol. Hampir semua sistem dapat diserang penyakit ini, seperti saluran cerna, saluran nafas, sistem saraf, sistem darah dan lain-lain.
d. Pemeriksaan Penunjang
Secara patologi anatomi, didapatkan gambaran khas yang merupakan gambaran sel keganasan, yaitu sel Reed Sternberg.
e. Tingkatan Penyakit (Staging)
Staging yang dianut adalah staging menurut simposium penyakit hodgkin di Ann Arbor yaitu Rye staging yang disempurnakan oleh kelompok dari Universitas Stanford.
Tabel 2
Tingkatan Penyakit Hodgkin
Stadium | Kelainan |
I IE II IIE III IIIE IIIES IV | Penyakit menyerang hanya pada satu regio kelenjar getah bening. Satu lokasi ekstranodal. Penyakit menyerang dua atau lebih regio kelenjar getah bening disatu sisi dari diafragma. Satu lokasi ekstranodal ditambah dua atau lebih regio kelenjar disekitarnya di satu sisi dari diafragma (diatas atau dibawah diafragma). Penyakit menyerang regio-regio kelenjar di kedua sisi diafragma. Mungkin bersamaan dengan alat ekstra limpatik yang terkena atau Keduaduanya. Penyakit menyebar lebih luas dan menyerang satu atau lebih organ ekstranodal dengan lesi-lesi yang multipel, dengan atau tanpa kelainan pada kelenjar getah bening. |
f. Terapi
Setelah diagnosis patologis dan stagenya ditemukan maka di mulai pemberian terapi. Cara pengobatan yang dipakai adalah sebagai berikut :
1). Radioterapi
2). Kemoterapi
2. Limfoma Maligna Non Hodgkin (LMNH)
a. Definisi
Suatu keganasan primer jaringan limfoid yang bersifat padat. LMNH, khususnya limfoma susunan saraf pusat, biasa ditemukan pada klien dengan keadaan defisiensi imun dan yang mendapat obat-obat imunosupressif, seperti pada klien dengan transpaltasi ginjal dan jantung.
b. Etiologi
1). Abnormalitas sitogenik, seperti tranlokasi kromosom.
2). Infeksi virus
a). Virus Epstein Barr yang berhubungan dengan limfoma burkuitt,
sebuah penyakit yang bisa ditemukan diafrika.
b). Infeksi HTLV-1 (Human T Lymphotropic Virus Tipe- 1)
c. Manifestasi Klinis
Gejala pada sebagian besar klien Asimtomatik, sebanyak 20% klien dapat mengalami demam, keringat malam dan penurunan berat badan.
d. Terapi
Terapi yang dapat dilakukan adalah :
1). Radioterapi
2). Kemoterapi
Lokalisasi kelainan
Tabel 3
Lokalisasi Kelainan Kedua Macam Limfoma Maligna
Lokasi | LMH% | LMNH% |
Leher Ketiak Lipat paha Rongga perut Mediastinum | 68 20 12 - - | 59 11,4 11,3 1,3 1,1 |
B. Dampak Penyakit Terhadap Kebutuhan Dasar Manusia
- Nutrisi.
Pada penderita limfoma terjadi peningkatan metabolisme tubuh akibat respon imunologi terhadap pertumbuhan virus yang mengakibatkan meningkatnya pemecahan karbohidrat, protein dan lemak yang selanjutnya mengakibatkan penurunan berat badan, hal itu mengindikasikan nutrisi tubuh tidak adekuat
- Aktivitas.
Dengan terjadinya gangguan pada metabolisme terutama karbohidrat maka ATP tidak terbentuk, ATP diperlukan untuk pembentukan energi untuk aktivitas terutama anggota gerak, karena hal-hal di atas maka terjadi kelemahan pada otot-otot anggota gerak.
- Eliminasi Defekasi
Peningkatan metabolisme tubuh yang tidak diimbangi intake yang tidak adekuat berakibat pada peningkatan reabsorpsi cairan pada usus halus yang mengakibatkan faeces mengeras sehingga menimbulkan konstipasi.
- Pernapasan
Pembesaran nodus limfe disekitar trakeobronkial mengakibatkan jalan napas menjadi tersumbat sehingga menimbulkan sesak napas.
- Personal higiene
Karena klien lemah maka klien kurang atau tidak mampu untuk menjaga personal higiene
- Rasa aman
Stres yang muncul pada klien adalah adanya perubahan pola hidup dari mulai diet, aktivitas yang harus dilakukan, serta prosedur pengobatan dan perawatan yang harus dilaksanakan, hal tersebut memerlukan tingkat pemahaman yang cukup dari klien dan keluarga.
C. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan
- Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan hilangnya napsu makan yang ditandai dengan :
Data Subjektif: - Klien mengatakan napsu makan tidak ada dan mulut terasa
Pahit
- Klien mengatakan nyeri saat menelan
Data Objektif: - Porsi makan klien tidak habis
- Klien terlihat lemah
- BB klien tidak seimbang dengan TB
- Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan yang ditandai dengan :
Data Subjektif: - Klien mengatakan badan terasa lemah
Data Objektif : - Aktifitas klien terbatas
- Klien bed rest
- Gangguan eliminasi defekasi berhubungan dengan kurangnya intake cairan dan makanan yang berserat yang ditandai dengan :
Data Subjektif: - Klien mengeluh belum BAB sudah 4 hari
Data Objektif : - Porsi makan klien tidak habis
- Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tak adekuatnya pertahanan sekunder yang ditandai dengan :
Data Subjektif: - Klien mengeluh nyeri pada benjolan
Data Objektif : - Benjolan sedikit membesar
- Jumlah leukosit yang tinggi
- Nyeri akut berhubungan dengan pembesaran organ atau nodus limfe yang ditandai dengan :
Data subjektif: - Klien mengeluh nyeri pada benjolan
Data Objektif : - Klien meringis saat merubah posisi
- Resiko tinggi terhadap pola napas tak efektif berhubungan dengan obstruksi trakeobronkial : Pembesaran nodus mediastinal yang ditandai dengan :
Data Subjektif: - Klien mengeluh sesak dan nyeri pada dada
Data Objektif : - Retraksi dinding dada saat klien bernapas
- Frekuensi napas 28x per menit
- Denyut nadi 104x per menit
D. Intervensi dan Rasionalisasi
- Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan hilangnya napsu makan.
Intervensi | Rasionalisasi |
a. Timbang berat badan klien tiap hari b. Bantu dan ajarkan klien makan dalam porsi kecil tapi sering c. Lakukan hygiene oral sebelum makan d. Perbanyak intake cairan sampai 2500cc per hari | Mengetahui tingkat perkembangan berat badan klien Mengurangi beban kerja saluran pencernaan sehingga mual bisa diurangi dan nutrisi terpenuhi Mempertahankan rasa nyaman sehingga dapat meningkatkan selera makan Memenuhi cairan dalam tubuh |
- Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan
Intervensi | Rasionalisai |
| Menumbuhkan rasa percaya diri klien |
Intervensi | Rasionalisai |
pentingnya aktivitas
| Keperluan mudah terjangkau oleh klien Mendidik keluarga supaya terbiasa membantu klien apabila telah pulang kerumah Mengetahui keadaan klien setelah melakukan aktifitas Meningkatkan metabolisme pada otot sehingga menghasilakan energi pada otot tersebut |
- Gangguan eliminasi defekasi : konstipasi berhubungan dengan kurangnya intake cairan dan makanan yangberserat
Intervensi | Rasionalisai |
a. Tingkatkan asupan cairan sampai 2500cc per hari b. Berikan makanan yang banyak mengandung serat seperti sayuran c. Lakukan mobilisasi | Asupan cairan yang lebih banyak dapat merubah konsistensi faeces Memperlancar dinsinasi defekasi Merangsang peristaltik usus. |
Intervensi | Rasionalisasi |
aktif/pasif sesuai kemampuan | |
- Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tak adekuatnya pertahanan sekunder
Intervensi | Rasionalisasi |
| Melindungi dari sumber potensial patogen atau infeksi Meningkatkan pembentukan antibodi dan mencegah dehidrasi Mencegah terjadinya infeksi. |
- Nyeri akut berhubungan dengan pembesaran organ atau nodus limfe
Intervensi | Rasionalisasi |
| Membantu mengevaluasi pernyataan verbal dan keefektifan intervensi Meningkatkan kemampauan koping Relaksasi : memudahkan klien istirahat . |
Intervensi | Rasionalisasi |
manajemen nyeri : relaksasi dan distraksi | tanpa nyeri Distraksi : mengalihkan perhatian klien dari nyeri sehingga persepsi nyeri berkurang |
| Rasa nyeri berkurang atau tidak ada |
- Resiko tinggi terhadap pola napas tak efektif berhubungan dengan obstruksi trakeobronkial : pembesaran nudus mediastinal
Intervensi | Rasionalisasi |
| Memaksimalkan ekspansi paru Membantu meningkatkan difusi gas dan ekspansi jalan napas kecil Memaksimalkan ketersediaan oksigen untuk sirkulasi, membantu menurunkan hipoksemia |
6). Refleks
Reflek | Kanan | Kiri |
Bisep Trisep Tendon Patella Babinsky | 2 2 2 1 1 | 2 2 2 1 1 |
7). Tes fungsi nervus cranial
Sensori masih berfung si dengan baik, terbukti klien terjaga dengan
sedikit rangsangan.
Motorik normal
a. Sistem pernapasan
1). Hidung : Bentuk simetris, dapat membedakan bau, bersin-
bersin tidak ada, deformitas tidaka ada, mukosa
lembab, edema tidak ada, eksudat tidak ada, nyeri
tidak ada, perdarahan tidak ada.
2). Dada : Bentuk simetris, deformitas tidak ada, nyeri tidak
ada, dada mengembang saat bernapas.
3). Pola pernapasan : Prekuensi pernapasan 28x per menit, teratur, klien
menggunakan otot-otot tambahan saat pernapasan,
klien mengatakan kadang-kadang ada sesak, kalau
posisi klien terus terlentang.
4). Trakea : Suara klien parau.
b. Sistem kardiovaskuler
Vena juguralis tidak membesar, bunyi jantung lupdup, ritme jantung reguler, cubbing finger tidak ada.
c. Sistem gastrointestinal
1). Mulut dan kerongkongan : Bicara kurang jelas, keadaan rongga mulut
kotor, bau, nyeri nelan ada, mengunyah
biasa,, pembengkakan pada daerah mulut
tidak ada, lidah putih, gusi merah muda,
gigi kotor, jumlah gigi masih utuh,
perdarahan gusi tidak ada, suara serak,
sputum sedikit, batuk kadang-kadang,
muntah tidak ada.
2). Abdomen : Bentuk simetris, turgur kulit jelek,
timbunan lemak tidak ada, jaringan sekar
tidak ada, nyeri tekan ada, benjolan ada,
peristaltik usus 8x per menit.
3). Hepar : Tidak teraba adanya pembesaran
4). lien : Teraba adanya pembesaran
5). Rektum : Haemoroid tidak ada, gatal-gatal tidak ada.
d. Sistem perkemihan
1). Ginjal : Tidak teraba, nyeri tekan ada.
2). Kandung kemih : Tidak distensi, nyeri tekan ada
3). Pola urinari : Frekuensi miksi 2 sampai 3 kali, kadang 4
sampai 5 kali dalam sehari, warna kuning
keruh.
4). Kondisi lain : Turgor kulit jelek
e. Sistem moskuloskeletal
1). Ekstremitas
a). Atas : Bentuk normal, temperatur normal,
bengkak pada bagian bekas infus, hilang
rasa tidak ada, warna kulit sawo matang,
edema pada bagian perifer, pada aksila kiri
dan kanan terdapat benjolan.
b). Bawah : Bentuk normal, temperatur normal, hilang
rasa tidak ada, edema pada bagian perifer,
pada selangkangan kiri dan kanan terdapat
benjolan .
2). Otot : Kelemahan tidak ada, kram tidak ada,
tremor tidak ada.
Kekuatan otot mempunyai nilai 3 (aktif,
dapat melawan gravitasi, tetapi tidak tahan
lama).
3). Persendian : Mobilitas aktif, deformitas tidak ada,
kekakuan tidak ada, pembengkakan tidak
ada, nyeri tidak ada.
4). Punggung : Tulang belakang tidak ada kelainan, klien
bisa berdiri tegak.
5). Kondisi yang mendukung : Tidak ada
f. Sistem endokrin
1). Ukuran tubuh : TB: 155 cm BB: 43 kg
Ukuran kepala terhadap tubuh seimbang
2). Keadaan kulit : Warna kulit sawo matang, figmentasi tidak
ada, tekstur halus.
3). Rambut : Distribusi merata, tidak mudah rontok
4). Wajah : Tidak ada erithema, nyeri tidak ada.
5). Mata : Alis ada, ketajaman penglihatan kurang,
gerakan bola mata simetris, edema tidak
ada.
6). Leher : Bentuk simetris, kelenjar tiroid teraba,
terdapat benjolan dibagian belakang.
7). Dada : Bentuk simetris, tidak deformitas.
8). Abdomen : Tidak ada skar, nyeri saat palpasi disemua
kuadran ada.
9). Tangan : Tidak tremor.
g. Sistem integumen
1). Kulit : warna sawo matang, turgor jelek, bersih,
kelembaban kurang, lesi tidak ada, edema
tidak ada.
2). Kuku : Bersih
3). Rambut : Warna hitam bersih.
h. Sistem genetalia
Tidak ada kelainan pada sistem genetalia.
- DATA ASPEK PSIKOSOSIAL
a. Penampilan : Klien mempunyai penyakit yang kronik
b. Status emosi : Emosi klien labil
c.Konsep diri : Tidak ada gangguan
d.Kecemasan : Klien cemas terhadap penyakit yang sedang
dideritanya.
e.Interaksi sosial : Klien dapat berkomunikasi dengan baik pada keluarga,
perawat, dokter, dan pelaksana medis lainnya.
- DATA ASPEK SPIRITUAL
Klien beragam islam, melaksanakan ibabah sesuai dengan keadaannya dan selalu meminta pada yang maha kuasa untuk kesembuhan penyakitnya.
- DATA PENUNJANG
a. Labolatorium
Jenis Pemeriksaan | Hasil | Nilai Normal |
Hematologi Haemoglobin Jumlah leukosit LED 1 dan 2 jam Waktu perdarahan, BT Waktu pembekuan, CT Kimia darah Gula darah sewaktu Ureum, BUN Kreatinin | 14,0 gr% 40,0 49/60 2,30 4,10 81 96 - | 12-16 gr% 4,0 – 10,0^3/ul ( Dewasa ) P : < 20, L : < 10 mm/jam 1 – 3 menit 1 – 11 menit 70 – 110 mg/dl 10 – 50 mg/dl 0,5 – 1,1 mg/dalam |
b. USG
c. Poto thoraks
d. EKG
e. Terapi : Cefazol 2 x 1gr
- ANALISA DATA
DATA | ETIOLOGI | MASALAH |
Ds : Klien mengatakan tidak nafsu makan dan mulut terasa pahit Klien mengatakan nyeri menelan Do : Porsi makan tidak habis BB tidak sesuai dengan TB Klien terlihat lemah | | Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi |
Ds: Klien mengatakan lemas Do: Aktifitas klien terbatas Klien bedrest | | Gangguan Aktifitas |
Ds: Klien mengeluh belum BAB sudah 4 hari Do: Porsi makan tidak habis | | Gangguan Eliminasi Defekasi : Konstifasi |
Ds: Klien mengeluh nyeri pada setiap benjolan Do: Benjolan membesar Batuk disertai mukus Jumlah leukosit yang tinggi | | Resiko tinggi terhadap infeksi |
Ds: Klien mengatakan nyeri pada daerah abdomen, nyeri menelan, nyeri pada benjolan. Do: Klien meringis saat merubah posisinya | | Nyeri akut |
Ds: Klien mengeluh sesak, nyeri pada dada Do: Retraksi dinding dada Frekuensi pernapasan 28x/menit Frekuensi nadi 104x/menit | | Resiko tinggi terhadap pola napas tak efektif |
- DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan hilangnya napsu makan yang ditandai dengan :
DS: - Klien mengatakan napsu makan tidak ada dan mulut terasa pahit.
- Klien mengatakan nyeri saat menelan.
DO: - Porsi makan klien tidak habis
- Klien terlihat lemah
- Berat badan tidak sesuai Tinggi badan
2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan yang ditandai dengan
DS : - Klien mengatakan lemas
DO : - Aktifitas klien terbatas
- Klien bedrest
3. Gangguan eliminasi defekasi : konstipasi berhubungan dengan kurangnya
intake cairan dan makanan yang berserat yang ditandai dengan
DS : - Klien mengeluh belum BAB sudah 4 hari
DO : - Porsi makan klien tidak habis
4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tak adekuatnya pertahanna sekunder yang ditandai dengan
DS : - Klien mengeluh nyeri pada setiap benjolan
DO : - Benjolan sedikit membesar
- Batuk disertai mukus
- Jumlah leukosit yang tinggi
5. Nyeri akut berhubungan dengan pembesaran organ atau nodus limfe yang ditandai dengan
DS : - Klien mengatakan nyeri pada daerah perut
DO : - Klien meringis saat merubah posisi
6. Resiko tinggi terhadap pola napas tak efektif berhubungan dengan obstruksi trakeobronkial : pembesaran nodus mediastinal yang ditandai dengan
DS : - Klien meneluh sesak dan nyeri pada dada
- Klien mengeluh batuk disertai mukus
DO : - Retraksi dinding dada
- Frekuensi napas 28x per menit
- Denyut nadi 104x per menit